A journal, this is my story at university. I’ll change the word “saya” to “aku”, it’s more joyful . Many things was happen on my 4th semester, something it felt bad or good enough. But i have a goals to achieve, good frends, good lecturer, and my family very supported me.
Writing this story does not mean that i’m professional about what i talk on this post. That’s happen because i’m bad, wanna change it.
Insecurity
Susah sekali lepas dari hal yang bernama insecurity, rasanya setiap orang memiliki rasa ini pada setiap bidang yang di pilih, mungkin. Bukan berarti aku mengalahkan rasa insecure. Tapi kian hari hal tersebut semakin berkurang.
Apa yang sesungguhnya terjadi?
Caranya sangat simple, yaitu menikmati hidup dan melangkah. Aku jarang sekali melakukan olahraga atau hangout (malas). Tetapi setelah dicoba ternyata aku sangat menyukai hal tersebut. Lama kelamaan ruang untuk rasa insecure tersebut terisi dengan hal-hal yang aku sukai.
Menikmati hidup berarti melakukan pause dan kembali bertanya kepada diriku sendiri. Mengetahui apakah kegiatan yang selama ini dilakukan benar bermanfaat dan berpengaruh baik? you got it fren.
Competitiveness
Bersaing memang bagus, tapi aku harus pandai memposisikan diri. Kadang aku terlalu fokus pada orang lain sehingga pada akhirnya usahaku kurang maksimal.
Sampailah pada satu kesimpulan bahwa menjadikan orang lain sebagai patokan harusnya hanya di awal saja, bukan berarti aku harus mencapai apa yang telah mereka capai. Tetapi aku harus berusaha melakukan hal terbaik yang dapat aku usahakan.
Melakukan hal yang terbaik berbeda dengan mengalahkan pencapaian orang lain. Jika aku melakukan hal yang terbaik maka semuanya terasa bebas, tidak ada urgensi apapun kecuali untuk melakukan yang terbaik.
Mungkin jika tujuan ku untuk mencapai keberhasilan seperti orang lain, jika gagal akan menjadi suatu masalah baru. Tetapi jika berhasil rasa puasnya hanya sementara. Tetapi ketika melakukan hal terbaik it’s creating more happiness, sadness, and calmness (better emotional reaction).
Identities
Dahulu aku sangat terpaku dengan identitas. Misalnya “aku sangat jago bermain MOBA hingga sering disangka cheat maphack” tetapi karena pada saat kuliah aku jarang bermain semuanya menjadi buram. Aku merasa tak jago lagi.
Cerita tersebut hanya contoh saja, tapi terlalu terkait dengan sebuah identitas ketika tidak sesuai dengan yang aku inginkan terutama bertolak belakang dengan identitas, semua terasa buram.
Akhirnya aku tidak terlalu terpaku dengan identitas, walaupun aku sudah mengetahui makro mikro game moba. Bukan berarti jalan ku terasa mulus, akan semakin banyak rintangan. Kuncinya adalah knowledge is power, keep learning, & keep earning.
Survivabillity
Siapa yang tak punya masalah? semua orang memilikinya. Aku memiliki satu cara, yaitu jika suatu terasa berat bagi menjadi masalah-masalah kecil.
Contohnya adalah masalah pekerjaan, biasanya aku membaginya rentan hari. Senin mengerjakan project a, selasai project b, dan Rabu project c. Sesuatu yang terasa berat tersebut menjadi lebih ringan karena aku tidak terlalu memikirkan terlalu jauh dan efisien.
2 responses to “Insecurity, competitiveness, identities, & Survivability”
Koreksi lagi !
LikeLike
shappp
LikeLike