
Pekerjaan rumah berfungsi untuk melatih siswa dalam memecahkan masalah berdasarkan materi yang telah dipelajari.
Sekarang kita telah memasuki era kecerdasan buatan (artificial intelegence, AI) , dua hari lalu raksasa AI baru saja merilis GPT-5 dengan kemampuan tinggi untuk memecahkan masalah sederhana sampai kompleks.

Tentunya di masa depan penggunaan AI akan semakin masif terutama di kalangan pelajar. Sebuah hal positif yang harus didasari oleh fasilitas yang mendukung.
Fasilitas yang mendukung di sini maksudnya adalah membuat pekerjaan rumah yang menekankan pada pemaknaan karena model PR dengan menjawab soal kurang efektif.
AI yang sudah mumpuni dapat dengan mudah mencari jawaban dari PR pelajar. Masalahnya adalah tidak ada jaminan siswa yang menggunakan AI tidak copy-paste.
Selain itu penggunaan AI untuk membuat sebuah cerita atau paragraf menunjukkan bahwa kemampuan recall dari pelajar akan berkurang.
Pekerjaan rumah menjadi proses pasif dan ajang mencari model AI yang bagus untuk menjawab soal. Cara mengatasi masalah ini selain memberikan tugas yang mengedepankan “pemaknaan”, yaitu dengan mengefektifkan pembelajaran di kelas.
Model pembelajaran di kelas menjadi hal yang utama, bahkan harus diibaratkan jika tidak ada pekerjaan rumah. Tidak ada kesempatan ke dua.
Cara ini hanya bisa berhasil dengan bantuan pemerintah dan juga tendik. Masalah pendidikan adalah masalah bersama Bangsa Indonesia.
Artikel ini tidak melarang penggunaan AI, justru sebaliknya. AI adalah teman belajar yang baik dan dapat meningkatkan efisiensi pencarian informasi bagi pelajar.
Beberapa daerah Indonesia yang masih cenderung tertinggal dalam hal pendidikan dapat memanfaatkan AI untuk menyokong proses pembelajaran.
Apa yang telah aku sampaikan mengenai kesetaraan lewat pendidikan akan semakin cepat tercapai dengan AI. Oleh karena itu, hal yang baik diambil dan yang tidak baik diatur.
Sorotan utama artikel ini adalah “prepare for the worst case” agar pelajar tidak menjadi passive learner.
Pembelajaran pasif akan membuat pelajar semakin susah untuk memahami, mengingat, dan menyusun argumen. Barangkali PR yang terlalu banyak harus mulai dikaji ulang oleh kita bersama.
Leave a comment