
Berbicara soal manusia, hewan, dan tumbuhan ada satu hal yang sering digaungkan, yaitu bahwa kita memiliki akal.
Manusia dapat berpikir sangat rumit dengan tingkat kesadaran tinggi. Selain itu operasi logika juga dapat dilakukan dengan mudahnya.
Buktinya adalah kita menguasai peradaban dan menjadi pemimpin di bumi ini. Teknologi membawa kita pada alat transportasi, komunikasi, dan kecerdasan buatan.
Otak manusia adalah hasil evolusi ribuan tahun. Otak supercerdas inilah yang membawa kita pada sebuah pertanyaan.
Mengapa manusia semakin kehilangan moral dan etika?
Aku sangat yakin bahwa logika secara murni dalam otak manusia, sudah dapat membedakan antara hal yang baik dan buruk.
Baik dan buruk untuk keadaan manusia itu sendiri, terlepas dari keyakinan apapun.
Sayangnya kapasitas manusia sebagai mahkluk berakal mulai menyampingkan masalah moral dan etika.
Ternyata logika bisa dikalahkan oleh ambisi untuk kekuasaan dan kekayaan. Ambisi ini menjadi sangat tidak terkendali, bahkan sampai menjadi sebuah cara berpikir.
Pola ini seolah semakin menyebar dan menjadi dalang dari destruktifikasi. Bumi mulai rusak dan kehidupan sosial manusia semakin semrawut.
Ruang dan waktu kali ini adalah tempat pertempuran ketika serigala menjadi domba atau domba menjadi serigala.
Penghancuran dan upaya total kontrol adalah salah satu cara untuk melangengkan kekuasaan.
Seolah tidak apa jika terjadi sesuatu untuk menyukseskan sebuah agenda. Hal ini adalah sebuah ironi.
Manusia menjadi jauh sekali untuk “memanusiakan manusia”, masa ini tidaklah cukup melihat dari morfologi.
Manusia butuh diakui oleh manusia lain, butuh rasa hormat dan respect. Seakan akal dari manusia mengalami kemajuan sangat pesat tetapi digunakan untuk kemunduran.
Kemunduran yang tidak dirasakan karena hanya memandang kepentingan dirinya sendiri. Sedangkan hal-hal ini haruslah dilihat dari kacamata yang luas.
Leave a comment